Kabar
Perkuat Kapasitas Analis Kebijakan Pendidikan Lewat Pelatihan Policy Brief
PSKP, Jakarta — Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen bekerja sama dengan Tanoto Foundation menyelenggarakan “Talkshow Pengembangan Policy Brief Berbasis Data” yang berlangsung pada Selasa, 15 April 2025 pukul 08.00–11.30 WIB, di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta.
Kegiatan ini menjadi ruang berbagi inspirasi dan pengalaman dalam penyusunan policy brief berbasis data. Acara ini juga menjadi ajang apresiasi terhadap para finalis lomba penulisan policy brief yang telah melalui proses pendampingan.
Acara dibuka oleh Muhammad Yusro, Sekretaris BSKAP, yang menyampaikan bahwa kolaborasi BSKAP dengan Tanoto Foundation merupakan langkah penting dalam mendukung ekosistem kebijakan pendidikan yang berbasis bukti.
“Talkshow ini tidak hanya menjadi ruang apresiasi, tapi juga media diskusi terbuka antara penulis policy brief, penanggap, dan rekan sejawat,” ujar Yusro.
Hadir sebagai narasumber Tri Widodo Wahyu Utomo, Deputi Bidang Penyelenggaraan Pengembangan Kapasitas ASN, LAN RI, yang menyampaikan materi bertajuk “Analis Kebijakan untuk Negeri”. Ia menekankan bahwa pemerintah harus senantiasa hadir melalui kebijakan yang responsif dan tepat sasaran.
“Negara harus hadir. Policy brief adalah bentuk kehadiran itu. Ia menjadi jembatan antara kebutuhan masyarakat dengan solusi kebijakan yang sistematis dan berdampak,” ujarnya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya data dan kemampuan analisis yang tajam dalam proses perumusan kebijakan publik.
Diskusi Bersama Finalis: Belajar dari Praktik Nyata
Dalam sesi diskusi, para finalis lomba memaparkan karya policy brief mereka dan berbagi proses di balik penyusunannya mulai dari pemilihan isu, metodologi yang digunakan, hingga tantangan dalam menyusun rekomendasi kebijakan yang konkret.
Penyerahan penghargaan kepada Diyan Nur Rahmah sebagai Juara 1 Lomba Policy Brief
Diyan Nur Rahmah, analis kebijakan dari (PSKP) yang menjadi juara 1 dalam lomba policy brief menulis naskah berjudul “Merefleksi Strawberry Generation: Bagaimana Memitigasi Potensi Kesehatan Mental Remaja yang Rentan?”
Diyan bercerita bahwa proses memilih isu tersebut cukup memakan waktu. Banyak isu yang sudah menjadi kebijakan formal dan terasa kurang menarik untuk diangkat. Ia kemudian melihat bahwa isu kesehatan mental remaja sedang banyak dibicarakan di masyarakat, tetapi belum banyak disentuh dari sudut pandang kebijakan. Kekhawatiran pribadinya terhadap kondisi saat ini menjadi pendorong utama untuk mengangkat isu ini, yang menurutnya sangat krusial dan dapat ditangani secara efektif melalui peran sekolah.
Penyerahan penghargaan kepada Bakti Utama sebagai Juara 2 Lomba Policy Brief
Sementara Bakti Utama, analis kebijakan dari (PSKP) yang menjadi juara 2 menulis policy brief dengan tema “Optimalisasi Pemanfaatan Buku Bacaan Bermutu melalui Pemberdayaan Kelompok Kerja Guru”.
Bakti memilih isu ini berdasarkan pengalamannya di lapangan ketika melakukan evaluasi program literasi, yaitu masih banyak sekolah yang belum optimal mengelola bantuan hibah buku bacaan bermutu. Dia mengatakan bahwa tantangannya adalah memastikan pelatihan guru dan kepala sekolah bisa berkelanjutan, tidak berhenti hanya saat program berlangsung.
Juara 3, Dimas Satria Putra yang merupakan analis kebijakan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengajukan naskah bertajuk “Dari Uji ke Aksi: Strategi Efektif Memasyarakatkan UKBI sebagai Tolak Ukur Kemampuan Berbahasa”.
Dimas menyampaikan bahwa ia tertarik mengangkat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) karena merasa meski sudah cukup lama hadir, uji kemampuan ini belum dikenal luas oleh masyarakat. Tantangan utamanya adalah bagaimana menyusun rekomendasi agar bisa memperluas jangkauan UKBI tanpa perlu banyak biaya tambahan.
Sebagai penanggap, Elly Fatimah, Direktur Teknologi dan Digitalisasi Pembelajaran Lembaga Administrasi negara (LAN), memberikan catatan kritis terhadap struktur dan kualitas naskah.
“Policy brief harus menjawab tiga hal: mengapa isu ini penting, apa dampaknya, dan apa solusi yang ditawarkan. Rekomendasi harus logis, berbasis data, dan relevan dengan konteks. Validitas dan narasi juga penting,” ujar Elly.
Sesi berbagi ini menjadi ruang belajar yang mendorong peserta untuk melihat lebih dalam aspek teknis dan strategis dalam penyusunan rekomendasi kebijakan.
Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan menjadi langkah strategis dalam memperkuat kapasitas peserta dalam menyusun policy brief yang efektif, serta meningkatkan kualitas rekomendasi kebijakan yang mampu menangkap isu-isu strategis pendidikan secara tepat.
Dengan forum ini, BSKAP dan Tanoto Foundation berharap dapat mendorong pertumbuhan komunitas analis kebijakan yang reflektif, kolaboratif, dan berdampak nyata.
Masyarakat umum, peneliti, dan pemangku kepentingan pendidikan dapat mengakses dan mempelajari berbagai buku, laporan studi, dan risalah kebijakan yang dihasilkan oleh Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan melalui laman: https://pskp.kemdikbud.go.id/analisis-kebijakan. [Fadinda & Tari]